PENANGANAN GANGGUAN FISIK MOTORIK PADA ANAK
Stimulus yang diberikan pada anak
untuk perkembangan fisik motorik dibagi menjadi 2:
1.
Stimulasi Motorik
Kasar
Tugas perkembangan jasmani berupa
koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergelantung,
melempar dan menangkap, serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan
dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak
usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya,
seperti melompat dari tempat tinggi atau bergelantung dengan kepala menggelantung
ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya
bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan
sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya. Agar motorik
anak dapat berkembang dengan baik dan sempurna perlu dilakukan stimulasi yang terarah
dan terpadu. Berikut stimulasi yang dapat diberikan:
1). Jalan
Sebelum orangtua memberikan stimulasi
pada anak, pastikan anak sudah melalui perkembangan
sebelumnya, seperti duduk, merangkak dan
berdiri. Pada kemampuan motorik kasar ini, yang harus distimulasi adalah
kemampuan berdiri, berjalan ke depan, berjalan ke belakang, berjalan
berjingkat, melompat/meloncat, berlari, berdiri satu kaki, menendang bola, dan
lainnya. Bila perkembangan jalan tidak dikembangkan dengan baik, anak akan
mengalami gangguan keseimbangan.
Stimulasi:
Orangtua berdiri berjarak dengan anak sambil memegang mainan yang
menarik. Gunakan karpet bergambar atau tempelkan gambar-gambar yang menarik di lantai. Minta anak untuk menginjak karpet/lantai. Misalnya, “Ayo Dek, injak
gambar gajahnya!” Mainan seperti mobil-mobilan atau troli yang bisa
didorong-dorong juga bisa membantu anak belajar berjalan.
2).
Lari
Perkembangan lari akan
memengaruhi perkembangan lompat dan
lempar serta kemampuan konsentrasi anak kelak. Pada tugas
perkembangan ini, dibutuhkan keseimbangan tubuh, kecepatan gerakan kaki,
ketepatan 4 pola kaki (heel strike/ bertumpu pada tumit, toe off/telapak kaki mengangkat kemudian kaki bertumpu pada ujung-ujung
jari kaki, swing/kaki berayun dan landing/setelah mengayun kaki menapak
pada alas, dan motor
planning/perencanaan
gerak). Jika perkembangan lari tidak dikembangkan dengan baik, anak akan
bermasalah dalam keseimbangannya, seperti mudah capek dalam beraktivitas fisik,
sulit berkonsentrasi.
Stimulasi:
Stimulasi lari bisa dimulai ketika anak
berada pada fase jalan, sekitar usia 12 bulan ke atas.
Aktivitasnya bisa berupa menendang bola,
main sepeda (mulai roda 4 sampai bertahap ke roda 3 dan kemudian roda 2) serta naik turun
tangga.
3).
Lompat
Kemampuan dasar yang harus dimiliki anak
adalah keseimbangan yang baik, kemampuan koordinasi motorik dan motor planning
(perencanaan gerak). Contoh, saat anak ingin melompati sebuah tali, ia harus
sudah punya rencana apakah akan mendarat dengan satu kaki atau dua kaki.
Kalaupun satu kaki, kaki mana yang akan digunakan.
Jika anak tidak kuat dalam perkembangan
melompat, biasanya akan menghadapi kesulitan dalam
sebuah perencanaan tugas yang
terorganisasi (tugas-tugas yang membutuhkan kemampuan motor planning.
Stimulasi:
Lompat di tempat atau di trampolin.
Jangan lompat-lompat di tempat tidur karena meski melatih motorik namun
“mengacaukan” kognitif. Dalam arti, mengajarkan perilaku atau mindset yang
tidak baik pada anak. Karena seharusnya tempat tidur bukan tempat untuk
melompat atau bermain. Lompatan berjarak (gambarlah lingkaran-lingkaran dari
kapur atau gunakan lingkaran holahop yang diatur sedemikian rupa letaknya).
Minta anak untuk melompati lingkaran-lingkaran tersebut, gradasikan tingkat
kesulitan dengan memperlebar jarak dan menggunakan kaki dua lalu satu secara bergantian.
4)
Lempar
Pada fase ini yang berperan adalah
sensori keseimbangan, rasa sendi (proprioseptif), serta visual. Peran yang
paling utama adalah proprioseptif, bagaimana sendi merasakan suatu gerakan atau
aktivitas.
Misalnya, pada saat anak melempar bola,
seberapa kuat atau lemah lemparannya, supaya bola masuk ke dalam keranjang atau
sasaran yang dituju. Jika kemampuan melempar tidak dikembangkan dengan baik,
anak akan bermasalah dengan aktivitas yang melibatkan gerak ekstrimitas atas
(bahu, lengan bawah, tangan dan jari-jari tangan), seperti dalam hal menulis. Aktivitas
motorik halus lainnya juga terganggu misalnya memakai kancing baju, menalikan
sepatu, makan sendiri, meronce, main puzel, menyisir rambut, melempar sasaran,
dan lain-lain. Intinya, stimulasi pada perkembangan ini yang tidak optimal
berindikasi pada keterampilan motorik halus yang bermasalah .
Stimulasi:
Main lempar tangkap bola (gradasikan
tingkat kesulitannya) yaitu posisi, besar bola, berat bola, dan jenis
lambungan. Pada posisi bisa dilakukan sambil duduk kaki lurus, duduk kaki
bersila, duduk kaki seperti huruf W ke belakang, jongkok, dan bahkan berdiri.
Pada jenis lambungan, bisa dilakukan dengan lambungan dari atas, sejajar, atau
lambungan dari bawah.
Main dartboard atau lempar panah. Gunakan jenis dartboard yang khusus buat anak-anak (yang aman dan tidak tajam), seperti jenis dartboard yang terbuat dari papan velcrow dan anak panahnya diganti dengan bola yang bervelcrow.
Main dartboard atau lempar panah. Gunakan jenis dartboard yang khusus buat anak-anak (yang aman dan tidak tajam), seperti jenis dartboard yang terbuat dari papan velcrow dan anak panahnya diganti dengan bola yang bervelcrow.
2. Stimulasi Motorik Halus
Perkembangan motorik halus anak taman
kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus, dalam hal ini
berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan
jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat
berkembang bahkan hampir sempurna. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan
motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu
mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan
mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan, antara lain dapat
dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.
Berikut stimulasi yang dapat diberikan
sesuai umurnya. Stimulasi berikut mudah diterapkan dengan sarana dan fasilitas
yang ada di sekitar kita:
Kelompok umur 1 tahun ke atas (Balita)
·
Diajarkan untuk menggambar sesuatu, misalnya manusia
·
Diarahkan untuk membuka kancing baju sendiri
·
Bermain menyusun puzzle sederhana
·
Mencuci tangan sendiri
·
Bermain membentuk sesuatu dari plastisin
·
Belajar membaca dan menulis
Semoga bacaan ini bermanfaat bagi guru dan orangtua untuk memastikan stimulasi yang diberikan pada anak akan mendukung tumbuh kembang anak berlangsung dengan tepat.